March 30, 2014

The Raid 2: Berandal - Art of Killing from Indonesian Martial Art (2014)

Pencapaian luar biasa The Raid atau Serbuan Maut, baik dari segi penghargaan maupun keuntungan yang didapat, mendorong Gareth Evans melanjutkan sequel dari film ini, berjudul The Raid 2: Berandal.

Setelah berlaga serta memenangkan penghargaan pada Torronto International Film Festival beberapa tahun silam, The Raid menjadi sebuah tontonan yang paling ditunggu oleh pencinta aksi nusantara. Pada tahun 2011, film The Raid merupakan tontonan yang paling banyak ditonton oleh orang Indonesia dan film ini harus bersaing dengan The Hunger Games kala itu, dan akhirnya film ini ditayangkan dibeberapa bagian dunia. Setelah kesuksesan besar tersebut, akhirnya Gareth Evans merilis The Raid 2: Berandal pada 28 Maret 2014, Jum'at lalu.

The Raid 2: Berandal menceritakan saat Rama (Iko Uwais) telah menyelesaikan misinya melawan bandit-bandit dan bandar narkoba di dalam gedung kumuh kota Jakarta, abangnya Rama, Andi (Donni Alamsyah) mengatakan bahwa Rama sebaiknya membawa buronannya kepada Bunawar (Cok Simbara) salah satu polisi yang Andi percaya tidak korup dengan harapan buronannya akan diadili secara hukum. Tetapi Bunawar menawarkan Rama untuk bekerja padanya dalam operasi undercover untuk menangkap para koruptor skala besar dengan langkah pertama, yaitu mendekati Uco (Arifin Putra), anak dari Bangun (Tio Pakusadewo) seorang bos mafia. Setelah Rama menerima tawaran tersebut, perubahan besar pada Rama terjadi, dan ia masuk kedalam mimpi buruknya. 

I will always glad to say, that The Raid and The Raid 2: Berandal is the greatest Indonesian action movie ever made. Pertama, film ini di garap oleh Gareth Evans dengan production budget yang terbilang minim, dan Evans berhasil menyulap film ini menjadi film yang luar biasa, bahkan incredible dari segala sisinya. Kedua, Evans telah memperluas setting tempat untuk The Raid yang kedua ini, salah satunya yaitu penjara yang mengambil setting di Benteng Van Der Wijck. Dan yang terakhir, hampir seluruh aksi dalam konteks silat yang disuguhkan disini nyata, castnya benar-benar dilatih dari dasar layaknya pesilat profesional.

Untuk secara keseluruhan, The Raid 2: Berandal bukanlah sebuah sequel penuh dari The Raid yang pertama. Didalam The Raid 2, cerita yang pertama dituntaskan dalam menit-menit awal film dimulai, dan setelah itu, The Raid 2 fokus pada cerita baru Rama untuk menangkap mafia-mafia korupsi. 

Dengan penyutradaraan yang baik dari Gareth Evans, cinematography, setidaknya buat salju yang turun di iklim tropis, dan perfect action membuat The Raid 2: Berandal berasa real. Efek berdarah-darah yang lebih menakjubkan dari yang pertama adalah salah satu contoh keberhasilan film The Raid 2: Berandal menyuguhkan aksi yang super real, dan.. menjadikan film ini, The Most Violent Movie Ever Made, yap, sebagian kritikus mengatakan bahwa film ini merupakan film dengan kadar kekerasan serta gore yang melebihi batas. Tidak, tidak sepenuhnya begitu, adegan di film ini masih terbilang watchable atau dalam kadar standar.

Secara script, The Raid 2 memang merupakan tontonan kompleks. You see, cerita tentang gembong-gembong mafia dan daerahnya, ditambah dengan percakapan antara castnya yang tidak terlalu bisa didengar membuat penonton susah untuk mengikuti alurnya, apalagi untuk penyampaian cerita yang dibuat klise. Well, setidaknya, rasa puas pertama yang harus didapat adalah bagaimana aksi dari film ini, karena ini film action-crime-thriller, bukanlah sebuah drama, not a big deal, right?

At the first thought, I want to give a title to this review with Deathly Ballerinas, but, it'll a little bit out of context, so I have to replace the title with that.. Alasan kenapa saya akan memberi judulnya dengan Deathly Ballerinas yaitu karena kelihaian dari bagaimana Iko Uwais beraksi dengan gerakan silat yang luar biasa lihai. Lihat saja waktu Ia didalam penjara hingga saat bertarung dengan The Assassin Cecep Arif Rahman, don't you want to standing, and give them an applause? Keren, unstoppable, tangkas, cepat, dan heroic. 

The Raid 2: Berandal, dapat dikatakan sebagai perfect cast of Indonesian action movie this year. Selain dari keberingasan Iko Uwais dan salah satu badass-villain Cecep Arif Rahman dalam aksinya kemudian Yayan Ruhian sebagai Prakoso yang sudah tidak diragukan lagi, semakin lengkap dengan kehadiran cast barunya, seperti Hammer Girl yang diperankan oleh Julie Estelle dan Baseball Bat Man yang diperankan oleh Very Tri Yulisman. Dan untuk membuat film The Raid 2 berisikan action yang hampir terlihat nyata, setiap cast diharuskan memiliki keahilan dalam silat, termasuk bagi Julie Estelle yang hampir sama sekali tidak punya background dalam dunia silat, dan Ia rela babak belur dan berlatih selama hampir 6 bulan untuk menjadikan Hammer Girl adalah Hammer Girl yang beringas dan memiliki keahlian memainkan palu yang luar biasa, and it works, good for you Julie. Amazing cast selebihnya untuk Oka Antara buat chasing car scenenya dan Arifin Putra sebagai pemeran Uco.

Overall, The Raid 2: Berandal, merupakan suatu film action-crime-thriller Indonesia yang luar biasa dengan aksi berdarah-darah, penuh seni beladiri yang luar biasa, ultimate cast, oh ya, dan satu lagi, chasing car yang luar biasa! - 5/5 I'm not too overrated, don't I?